Apa yang
seharusnya aku katakan malam ini. Setiap kata sepertinya tidak lagi
percaya akan
kekuasannya dalam menjabarkan makna. Apakah iya harap ku terlalu besar
untuk menyimpan maknanya. Dalam aksara yang aku sendiri tak mampu
lafalkan. Dan bilangan pun tak sanggup ku eja. Tapi memang benar.
Padanya aku tak punya cukup alasan. Kau tau. Adalah bodoh
mengharapkan hasil yang berbeda dengan cara yang sama. Kurang lebih
begitulah
Einstein mengungkapkan kegilaanya. Gila yang membuatnya mampu merumuskan
hal yang dulu disangsikan orang. Seringkali harus disebut tersesat untuk
menemukan jalan baru. Yang lebih baik tentu. Jalan yang dibuat oleh
orang-orang di masa
lalu. Telah terukur jarak juga likunya. Begitupun nilainya. Kaki
diciptakan
sangat jauh dari mata. Mungkin dalam prosesnya Tuhan telah menitipkan
ilham
pada manusia. Agar memberikan kaki mata sendiri. Bahkan mungkin dua kali
lebih menerawang
dari mata yang ada di kepala. Masihkah cukup percaya pada mata yang ada
di
kepala. Karena sesungguhnya yang dilihat oleh mata kepala tidak selalu
sama
dengan yang dilihat kaki oleh matanya. Pada setiap buntu kita akan
diberi
kebebasan untuk menentukan. Berbalik arah dan mengikuti rombongan orang
kebanyakan. Atau jadi pembelot dan menerobos kebuntuan itu. Biar pun
tersesat. Namun pada akhirnya kita sendirilah yang menentukan rutenya.
Kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar